Saham Gudang Garam Turun Terus

Harga Saham Gudang Garam Dari Tahun ke Tahun

Saham Gudang Garam melakukan IPO (Initial Public Offering) pada tanggal 27 Agustus 1990 lalu di harga Rp 10.250 per lembar. Puncaknya, harga saham GGRM berada di level tertinggi di harga Rp 93.500/lembar pada 11 Maret 2019.

Namun, 3 tahun terakhir ini tren GGRM mengalami bearich mencapai Rp. 50.000-an per lembarnya, Rp 30.000-an per lembarnya, hingga sekarang ini di tahun 2023 berada di posisi Rp 20.000-an.

PT Gudang Garam Tbk memiliki struktur kepemilikan saham yang menunjukkan dominasi kepemilikan oleh entitas perusahaan dan individu-individu tertentu. PT Suryaduta Investama merupakan pemegang saham terbesar dengan jumlah kepemilikan 1.333.146.800 saham atau sekitar 69,29% dari total saham. Dengan total nominal sebesar Rp 666.574 juta, dominasi kepemilikan ini menunjukkan peran penting PT Suryaduta Investama dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan.

PT Suryamitra Kusuma memiliki 120.442.700 saham, yang setara dengan 6,26% dari total saham. Total nominal dari kepemilikan ini adalah Rp 60.221 juta, menjadikannya salah satu pemegang saham signifikan yang turut mempengaruhi arah kebijakan perusahaan.

Juni Setiawati Wonowidjojo selaku Presiden Komisaris PT Gudang Garam Tbk memiliki 11.231.645 saham atau sekitar 0.58% dari total saham, dengan total nominal sebesar Rp 5.616 juta. Meskipun persentase kepemilikan individu ini relatif kecil, kontribusi Juni Setiawati Wonowidjojo tetap penting dalam struktur kepemilikan saham perusahaan.

Selain itu, Presiden Direktur Susilo Wonowidjojo memiliki 1.709.685 saham, yang setara dengan 0.09% dari total saham. Total nominal dari kepemilikan ini adalah Rp 854 juta. Kepemilikan ini menunjukkan keterlibatan individu dari keluarga pendiri dalam perusahaan. Sedangkan, Komisaris Lucas Mulia Suhardja memiliki jumlah saham yang relatif kecil yaitu 5.600 saham atau 0.00% dari total saham, dengan total nominal sebesar Rp 3 juta. Meskipun kepemilikan ini sangat kecil, setiap saham tetap memiliki arti dalam struktur kepemilikan perusahaan.

Saham yang dimiliki oleh pemegang saham lainnya berjumlah 457.551.570 saham, yang setara dengan 23.78% dari total saham. Dengan total nominal sebesar Rp 228.776 juta, segmen ini mencakup berbagai pemegang saham yang mungkin terdiri dari institusi dan individu.

Secara keseluruhan, total saham PT Gudang Garam Tbk berjumlah 1.924.088.000 saham dengan total nominal Rp 962.044 juta. Struktur kepemilikan saham yang didominasi oleh PT Suryaduta Investama menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki kendali yang signifikan atas kebijakan dan arah strategis Gudang Garam. Kepemilikan oleh individu-individu dari keluarga pendiri serta perusahaan lainnya juga menunjukkan adanya diversifikasi dalam kepemilikan saham, meskipun dalam persentase yang lebih kecil.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) memprediksi penjualan rokok menurun terimbas daya beli yang turun sepanjang tahun depan.

Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman mengatakan GGRM tidak memiliki rencana penambahan kapasitas produksi karena melihat volume penjualan per September masih dalam kondisi yang turun.

“Melihat terjadinya penurunan volume sampai September 2023, maka penambahan kapasitas [tahun depan] tidak diperlukan,” katanya saat paparan publik, Kamis (30/11/2023).

Meski volume penjualan diramal masih akan lesu tahun depan, tapi masih ada harapan untuk sedikit peningkatan menjadi lebih baik. Heru mengklaim hal ini merupakan pandangan optimis tetapi realistik bagi GGRM.

Heru menjelaskan pula perbaikan yang terjadi tidak akan signifikan secara langsung dari kondisi geopolitik terlebih tahun 2024 merupakan tahun pemilu yang juga memberikan sentimen terhadap industri rokok.

Di sisi lain, terkait dengan cukai rokok sebesar 11% yang telah ditetapkan pemerintah masih menjadi pertimbangan bagi GGRM untuk meracik strategi.

PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengantongi laba bersih sebesar Rp4,45 triliun sampai dengan kuartal III/2023 atau tumbuh 197,62% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp1,49 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2023, perolehan laba bersih itu disebabkan oleh biaya pokok penjualan yang menyusut sebesar 18,44% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp70,33 triliun.

Pada saat bersamaan, pendapatan GGRM sejatinya menurun 12,96% YoY menuju Rp81,74 triliun. Penurunan dikontribusikan oleh segmen ekspor yang melemah 1,63% menjadi Rp1,15 triliun dan penjualan dalam negeri ambles 13,10% YoY ke Rp80,59 triliun.

Akan tetapi, karena penurunan beban lebih tinggi, laba kotor perseroan sepanjang Januari–September 2023 mencapai Rp11,41 triliun atau mengalami pertumbuhan 48,49% YoY.

Setelah diakumulasikan dengan berbagi beban dan pendapatan lainnya, GGRM mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp4,45 triliun. Adapun laba per saham juga naik dari level Rp778 menuju Rp2.317 per saham.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan sektor rokok (Tobacco) masih cukup berat untuk tahun depan, terlebih bagi pemain-pemain besar seperti GGRM dan HMSP.

“Sentimen industri seperti tarif cukai tekanan dari UU Kesehatan masih menjadi isu besar yang mempengaruhi outlook sektor rokok,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Kamis (30/11/2023).

Alfred menjelaskan percuma juga jika mempertahankan kapasitas jika margin keuntungan emiten-emiten rokok tergerus cukup besar. Pilihan penurunan kapasitas produksi menjadi cara bertahan yang efektif untuk mempertahankan level keuntungan apalagi jika manajemen melihat ada peluang yang lebih baik pada bisnis non-rokok.

“Pada kondisi saat ini di mana likuiditas sangat ketat dan rate of return yang menyesuaikan kenaikan suku bunga, perusahaan akan sangat selektif dalam hal ekspansi, belanja modal juga belanja operasional,” jelas Alfred.

Terpisah, riset RHB Sekuritas baru-baru ini menjelaskan sektor tembakau masih akan dibayangi oleh  daya beli yang lebih lemah dari yang diharapkan, perdagangan rokok ilegal meningkat di kota-kota Tier-2, dan kenaikan harga tembakau yang lebih tinggi terutama di kuartal IV/2023.

Lebih lanjut, riset menjelaskan margin GGRM seharusnya melebar pada kuartal IV/2023, tetapi volume penjualan yang lebih rendah akan tetap berlanjut. GGRM mempertahankan sebagian besar harga produknya pada kuartal ini.

Meskipun permintaan untuk rokok pulih, alternatif yang lebih murah tetap menjadi prioritas bagi perokok. Saat ini, seri kemasan SKM Full Flavour GGRM lebih mahal dibandingkan dengan varian SKM Mild lainnya di pasaran, sehingga potensi penurunan tingkat konsumsi lebih lanjut akan lebih menekan volume penjualan.

Pada kuartal akhir 2023, RHB melihat pendapatan toplinenya menyusut seiring dengan penurunan volume penjualan, tetapi marginnya mungkin memperkuat sedikit, didukung oleh kenaikan harga.

Selain itu, untuk 2024 sendiri, RHB Sekuritas justru memproyeksikan volume pertumbuhan GGRM akan lebih rendah. Meskipun Pemilu 2024 seharusnya menjadi pendorong utama pertumbuhan volume penjualan tembakau, pemilu 2014 dan 2019 datang dengan kenaikan tarif cukai sebesar 0%.

“Dalam ketiadaan kenaikan tarif cukai 0% untuk pemilu mendatang, kami memperkirakan pertumbuhan volume penjualan pada 2024 akan setengah, sementara volume industri seharusnya tumbuh satu digit rendah,” tulis RHB Sekuritas, dikutip Jumat (1/12/2023).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

### Penilaian Komprehensif Sektor Tembakau#### Pendahuluan Sektor tembakau di Indonesia tetap menjadi bagian penting dari industri consumer staples, dipimpin oleh perusahaan-perusahaan utama seperti Gudang Garam ($GGRM), HM Sampoerna ($HMSP), dan Wismilak Inti Makmur (WIIM). Meskipun demikian, sektor ini menghadapi berbagai tantangan terkait kebijakan regulasi, perpajakan, dan daya beli domestik. Evaluasi ini membahas tren terbaru, risiko potensial, dan proyeksi masa depan dalam sektor tembakau berdasarkan laporan yang diberikan.---#### Kondisi Pasar dan Prospek Sektor Laporan memberikan rating Underweight untuk sektor tembakau, mencerminkan kekhawatiran terkait potensi pertumbuhan akibat ketidakpastian kebijakan dan tantangan makroekonomi. Beberapa poin penting:- Ada indikasi bahwa cukai rokok mungkin tidak naik di FY25F, yang bisa memberi kelegaan sementara bagi perusahaan tembakau. Pemerintah kemungkinan hanya akan menaikkan harga jual eceran minimum (HJE) untuk meningkatkan pendapatan tanpa menaikkan cukai. - Proyeksi pendapatan dari cukai rokok untuk FY25F sebesar Rp230,7 triliun, yang stagnan dibandingkan Rp230,4 triliun di FY24F.---#### Perusahaan Utama dan Dampak Finansial Berikut adalah evaluasi dari tiga perusahaan besar di sektor tembakau:1. Gudang Garam ($GGRM) - Diperkirakan paling diuntungkan jika cukai stabil, berkat rasio biaya operasional terhadap pendapatan yang paling rendah. - Jika cukai tidak naik dan ASP meningkat 2%, laba bersih FY25F bisa tumbuh hingga 100%. 2. HM Sampoerna ($HMSP) - Diproyeksikan mengalami pertumbuhan laba bersih FY25F sebesar 16% dengan penyesuaian ASP moderat. - Potensi peningkatan imbal hasil dividen menarik bagi pemegang saham. 3. Wismilak Inti Makmur ($WIIM) - Diperkirakan terjadi peningkatan laba bersih FY25F sebesar 8%, dengan potensi kenaikan EPS sebesar 27% jika cukai stabil. ---#### Tantangan dan Risiko Industri Sektor ini menghadapi sejumlah risiko yang dapat menghambat pertumbuhan:1. Risiko Regulasi - Potensi kenaikan cukai di masa depan (sekitar 10% berdasarkan tren sebelumnya) dapat menurunkan profitabilitas dan menyebabkan penurunan sektor.2. Daya Beli Domestik - Lemahnya daya beli membatasi kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga secara agresif.3. Pasar Rokok Ilegal - Penjualan rokok ilegal dapat mengurangi pangsa pasar rokok legal, memerlukan pengawasan yang lebih ketat.4. Regulasi Kesehatan - Kampanye kesehatan publik dan peraturan yang lebih ketat terkait merokok dapat memengaruhi permintaan.---#### Potensi Katalis Positif Meskipun terdapat tantangan, beberapa faktor dapat mendorong hasil positif:1. Cukai Stabil - Kebijakan cukai 0% di FY25F dan seterusnya dapat mendukung profitabilitas jangka panjang.2. Penyesuaian Harga - Ruang untuk kenaikan harga moderat tanpa memengaruhi permintaan secara signifikan.3. Imbal Hasil Dividen - Peningkatan imbal hasil dividen (hingga 11% untuk WIIM) dapat menarik investor.---#### Kesimpulan Sektor tembakau Indonesia berada di persimpangan jalan, sangat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah dan dinamika konsumen. Stabilitas cukai di FY25F dapat memberikan kelegaan sementara, tetapi risiko jangka panjang tetap ada, seperti perubahan regulasi, kampanye kesehatan, dan tantangan ekonomi. Perusahaan seperti Gudang Garam, HM Sampoerna, dan Wismilak Inti Makmur mungkin akan menikmati peningkatan laba sementara, tetapi pertumbuhan berkelanjutan memerlukan strategi adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan pasar. Catatan lainnya: bitly/4a8K4E1

Halo semuanya, seperti yang kita tahu saat ini investasi saham mulai diminati oleh banyak orang. Utamany bagi mereka yang ingin mendapatkan profit dari pergerakan harga saham. Nah, salah satu saham yang menarik perhatian investor yaitu saham dari perusahaan PT Gudang Garam Tbk dengan kode saham GGRM yang merupakan perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Di artikel ini fima akan membahasnya secara detail khususnya mengenai harga 1 lot saham Gudang Garam dan aspek penting lainnya.

Liputan6.com, Jakarta PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat penurunan penjualan dan laba bersih hingga kuartal III 2024. Hal itu juga berdampak terhadap pergerakan harga saham GGRM.

Mengutip data RTI, harga saham GGRM melemah selama sepekan terakhir pada 28 Oktober-1 November 2024. Pada perdagangan Jumat pagi, 1 November 2024,  harga saham GGRM masih melanjutkan koreksi 1,24 persen ke posisi Rp 13.900 per saham. Nilai transaksi saham GGRM mencapai Rp 4,46 miliar dengan frekuensi perdagangan 484 kali.

Pada perdagangan Kamis, 31 Oktober 2024, harga saham GGRM juga masih lesu. Harga saham GGRM ditutup 1,23 persen ke posisi Rp 14.075 per saham. Nilai transaksi harga saham GGRM sebesar Rp 19,63 miliar dengan volume perdagangan 1,39 juta saham. Total frekuensi perdagangan 1.824 kali.

Harga saham GGRM bahkan anjlok usai rilis laba kuartal III 2024 pada Rabu, 30 Oktober 2024. Harga saham GGRM melemah 4,2 persen ke posisi Rp 14.250 per saham. Nilai transaksi saham GGRM mencapai Rp 21,75 miliar dengan volume perdagangan 1,51 juta saham. Total frekuensi perdagangan 2.157 kali.

Sebelumnya, harga saham GGRM alami koreksi dua hari berturut-turut pada 28 dan 29 Oktober 2024. Harga saham GGRM masing-masing turun 0,16 persen dan 0,67 persen.

Selama sepekan terakhir, harga saham GGRM anjlok 8,42 persen. Sejak awal tahun, saham GGRM terpangkas 31,73 persen.

PT Gudang Garam Tbk meraup pendapatan Rp 73,89 triliun hingga September 2024. Pendapatan Perseroan turun 9,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 81,74 triliun.

Biaya pokok pendapatan susut 5,34 persen dari Rp 70,33 triliun menjadi Rp 66,57 triliun. Meski demikian, laba bruto Perseroan terpangkas 35,88 persen menjadi Rp 7,32 triliun. Pada periode kuartal III 2023, laba bruto Perseroan mencapai Rp 11,41 triliun.

Perseroan mencatat kenaikan beban usaha menjadi Rp 5,69 triliun hingga kuartal III 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,43 triliun. Pendapatan lainnya naik menjadi Rp 211,41 miliar hingga September 2024 dari September 2023 sebesar Rp 203,59 miliar. Perseroan alami rugi kurs Rp 15,81 miliar hingga kuartal III 2024.

PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) bergerak dalam bidang industri rokok dan kegiatan terkait industri rokok lainnya. Gudang Garam adalah produsen rokok kretek terkemuka yang identik dengan Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1958.

Indonesia merupakan pasar konsumen yang besar dan beragam dengan persentase perokok dewasa yang signifikan yakni 66% laki-laki dewasa di Indonesia diperkirakan adalah perokok.

Perusahaan Gudang Garam tersebut berharap baik merek yang sudah mengakar kuat di masyarakat seperti Gudang Garam, Surya, GG Mild dan lainnya. Keunikan spesifikasi ini diharapkan mampu memenuhi harapan serta kebutuhan setiap penikmat kretek yang berbeda-beda

Pada tahun 2021, Gudang Garam mencatatkan laba bersih sekitar 5,6 T dari total pendapatan Rp 124,8 T. Dari perolehan pendapatan dan laba bersih ini bisa dijadikan referensi untuk melihat apakah perusahaan cukup sehat dan baik dalam proses menjalankan usahanya dan akhirnya kamu bisa memutuskan untuk beli sahamnya.